Jumat, 04 Desember 2009

Review: Memoirs of a Geisha


Memoirs of a geisha atau memoar seorang geisha merupakan novel fiksi karangan Golden Arthur, seorang penulis yang berasal dari Amerika Serikat. Memoirs of a geisha ditulis oleh Arthur pada tahun 1997 dan selesai pada tahun 1999. Memoirs of a geisha menceritakan perjalanan hidup seorang gadis kecil bernama Chiyo Sakamoto yang berasal dari keluarga nelayan miskin di daerah Yoroido, Jepang, selama Era Showa. Perjalanan hidup Chiyo Sakamoto penuh dengan lika-liku dan perjuangan. Kisah hidupnya yang menderita dimulai saat ia berusia sembilan tahun. Saat itu, ia dan kakaknya yang bernama Yuko Sakamoto dijual oleh ayahnya ke seorang pedagang karena ayahnya tak sanggup lagi membiayai hidup mereka. Pedagang tersebut kemudian membawa Chiyo dan kakaknya ke Gion untuk dijual ke sebuah rumah bodir yang disebut okiya. Sesampainya di Gion, Chiyo harus berpisah dengan kakaknya karena mereka dijual ke okiya yang berbeda.

Chiyo dijual ke sebuah okiya yang bernama Okiya Nitta. Di tempat itu, Chiyo harus bekerja untuk menebus uang yang telah digunakan okiya tersebut untuk membeli dirinya dan untuk biaya hidupnya saat ia berada di Okiya Nitta. Ia harus bekerja setiap hari sebagai budak di okiya tersebut. Chiyo Sakamoto terus berjuang untuk hidup meskipun berat. Selain itu, Chiyo juga harus menghadapi perlakuan semena-mena dari Hatsumomo, seorang geisha di Okiya Nitta yang juga merupakan salah satu geisha yang sangat terkenal di Gion. Hatsumomo tidak menyukai Chiyo dan berusaha untuk mengusirnya dari Okiya itu. Hatsumomo menggunakan cara yang licik untuk mewujudkan keinginannya tersebut. Namun, Chiyo selalu berhasil luput dari kelicikan Hatsumomo, meskipun kadang harus terluka dan hampir mati.

Chiyo tak ingin terus hidup menderita dan menjadi sasaran kegilaan Hatsumomo. Chiyo tahu bahwa sesuatu yang bisa mengubah hidupnya menjadi lebih baik adalah dengan cara menjadi geisha. Seorang “wanita penghibur istimewa” yang memang diciptakan oleh sebuah okiya. Dengan menjadi geisha saat iia dewasa nanti, Chiyo bisa mendapatkan banyak uang dan popularitas. Namun, Chiyo juga tahu bahwa menjadi geisha bukanlah hal yang mudah. Ia harus bisa menguasai bermacam-macam tarian dan dapat menarikannya dengan anggun. Ia juga harus cerdas dan bisa memainkan samisen-alat musik petik khas Jepang- dengan baik.

Chiyo berusaha dengan keras untuk mewujudkan keinginannya. Ia tekun belajar dan berlatih, mengasah dengan rajin kemampuan seninya. Suatu hari, Chiyo bertemu dengan Mameha yang merupakan geisha paling terkenal dan memiliki harga paling mahal di Gion. Mameha merupakan saingan utama Hatsumomo. Mameha yang tertarik dengan diri Chiyo dan merasa kasihan pada Chiyo karena menjadi korban kelicikan Hatsumomo, berniat untuk mendidik Chiyo banyak hal, terutama mengajarinya untuk menjadi seorang geisha.

Mameha mengajari Chiyo hingga Chiyo dewasa. Berkat latihan dan pengajaran yang diberikan oleh Mameha dan kerja keras Chiyo, Chiyo mampu mewujudkan mimpinya menjadi seorang geisha, bahkan menjadi geisha yang terkenal.Chiyo dapat menjadi geisha terkenal karena dia memiliki kecerdasan dan kemampuan seni yang lebih daripada geisha-geisha lainnya. Setelah menjadi seorang geisha, nama Chiyo berubah menjadi Sayuri Nitta. Hatsumomo yang melihat Sayuri Nitta yang menjadi sangat terkenal dan bahkan telah mampu menyaingi dirinya, tidak bisa tinggal diam. Usaha Hatsumomo untuk menyingkirkan Sayuri semakin menjadi-jadi. Segala usaha dia tempuh meskipun dengan cara yang sangat licik. Segala fitnah atau tuduhan keji ditujukan pada Sayuri. Namun, Sayuri yang cerdas berhasil mengalahkan segala tipu daya Hatsumomo. Karena usahanya tidak pernah berhasil, akhirnya Hatsumomo menjadi gila akibat perbuatan liciknya yang dia lakukan untuk menyingkirkan Sayuri.

Terdapat beberapa pesan moral yang disampaikan novel ini. Salah satunya novel ini mengajarkan bahwa untuk mencapai apa yang kita inginkan dibutuhkan suatu usaha dan kerja keras. Begitu juga dalam menjalani hidup, butuh perjuangan dan pengorbanan untuk dapat melaluinya. Seperti yang dilakukan si kecil Chiyo Sakamoto, dia harus berjuang dengan cara bekerja layaknya budak di sebuah okiya untuk dapat mendapatkan makanan dan tempat tinggal. Ia juga belajar membaca dan berhitung dengan tekun , belajar seni seperti menari dan memainkan alat musik dengan sungguh-sungguh demi meraih impiannya untuk menjadi seorang geisha. Tentu semua itu tidak mudah, tapi dalam novel ini, Chiyo Sakamoto telah membuktikan bahwa dengan kerja keras, dia mampu mewujudkannya.

Selain pesan moral tersebut, ada pesan lain yang dapat diambil dari novel ini, yaitu segala bentuk kecurangan tidak akan membawa kemenangan. Ketidak jujuran dan persaingan yang tidak sehat akan membawa kerugian bagi yang melakukannya sendiri. Seperti yang diceritakan di dalam novel ini mengenai Hatsumomo yang menggunakan segala cara yang tidak baik untuk dapat menghancurkan Chiyo Sakamoto/Nitta Sayuri demi mewujudkan ambisinya untuk menjadi geisha terhebat di Jepang. Namun Hatsumomo tidak pernah berhasil mewujudkannya dan justru membuatnya menjadi gila. Semua itu akibat dari perbuatannya sendiri.

Memoirs of a geisha berbeda dengan novel-novel lainnya. Novel Memoirs of a geisha yang menjadi best seller ini sarat dengan pesan moral. Oleh karena itulah, sangat sayang jika novel ini dilewatkan. Gaya bahasa yang khas dari Golden Arthur dan latar belakang Jepang yang begitu kental, turut mewarnai kelebihan novel ini. Bagi Anda yang menyukai kisah-kisah Jepang, belum lengkap rasanya jika belum membaca Memoirs of a geisha.